Dan saat aku semakin turun kucium aroma yang khas dari barang pribadi seorang perempuan. Aroma dari vaginanya. Bokep Montok Bodinya langsing, meskipun tidak terlalu tinggi. Segera aku menyambar aroma wangi dari tubuhnya hingga membuat jantungku berdetak tidak seperti biasanya. Tapi aku tidak memulainya dari situ. Payudaranya seolah “hanging wall” yang mengundang seorang climber untuk menaklukkannya dengan hasrat yang paling liar. Biar AC-nya kuhidpkan”, begitu katanya sambil menghidupkan AC.Saat kekagetanku belum hilang, ia kembali melap keringat di dahiku. Mulutku seperti lebah yang menghisap kemudian terbang berpindah ke buah dada satunya. Bu Via adalah pembimbingku untuk tugas tersebut. Sensasi yang menjelajahi aliran darahku kemudian menggerakkan tanganku mengelus bukit venusnya. Bu Via hanya tersenyum melihatku “terkesan” menyaksikan tumpukan lingerie-nya. Dia pernah menjadi dosen waliku dan beberapa kali aku pernah datang ke rumahnya, sehingga aku tidak canggung lagi. Cara Bu Via membuatku melayang rupanya mempengaruhiku untuk tenang, sabar dan pelan-pelan juga membawanya naik ke awang-awang.
