Tampak raut wajah Kak Tina berubah. Bokep China Dengan tangannya Kak Tina merasakan kain
celanaku. Serentak kami berdiri. Tiba-tiba terdengar suara sepeda yang disandarkan ke dinding. Saat tangannya beralih meremas
payudaranya, terbukalah kewanitaannya. Telah memakai kain sarung. Kubaca bagian depannya, aku memutuskan untuk tidak tertarik membacanya. Suatu rasa yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Astaga, memang basah! Aku yang masih bocah terus membacanya. Membaca halaman
itu. Sedang Kak Tina ke dapur. Aku menuju dapur, lalu
makan bersama Kak Tina. Malu. Ingat
kalau aku ingin pipis, maka aku dengan perlahan mengangkat tangan Kak
Tina dan menarik tanganku. Mana bisa. Lalu siapa? Jantungku berdebar kencang. Aku
memanggilnya Kak Tina. Hati-hati sekali aku tiarap di atasnya. Ternyata Kak Tina tidak terpengaruh. Samar-samar
kuamati ada sekumpulan rambut di sana. Sana urus sapi”, Kak Tina menepuk bahuku sebelum dia bilang, “Astaga…, kamu ngompol ya, Sapto?”. Aku membiarkan saja. Besok-besoknya aku
tak pernah memiliki kesempatan untuk menggerayangi lemarinya.




















