Kami tak bersuara sedikitpun. Aku sudah lelah menyemangatinya. Bokep China Hanya nafas kami yang mendesah-desah dan tangan kami saling mengelus-elus.“Sayang, aku mencintaimu!” bisik Dodi ke telingaku.“Mama juga mencintaimu, Nak…”“Aku kepingin lagi, Ma!”“Tak puas-puasnya kah, sayang?”“Aku kepingin, Ma…”Aku bangkit. Sia-sia saja. Sekujur tubuhku sudah dijilatinya, sembari mengelus-elusnya.Dodi mengarahkan jilatannya pada vaginaku. Dodi tersenyum. Dia mengelus-elusku.“Tunggu sampai kering, sayang. Aku mengalah. Dodi membopongku ke kursi malas. Kujepit penis itu sekuat tenaga. Tiga hari lagi, kita sudah bisa mulai,” kataku menyabarkannya.Malamnya, di rumah, setelah cucuku tidur, dia dimasukkan ke dalam boxnya di kamarku. Aku melepaskan kenikmatanku. Sampai penis Dodi keluar dengan sendirinya karena sudah mengecil. Dia mengambil ramuan dari tiga buah topless kaca. Aku memaksakan senyumku dalam nafasku yang sangat terburu-buru. Dodi juga menelanjangi dirinya dengan cepat. Benar saja, Dodi sudah berada di ambang pintu.










