Cukuplah kalau tanganku menyergapnya. Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada bercerita. Bokeb Ke bawah lagi: Turun. Toh, si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya. Kerjaan hari ini sudah kugarap semalam. Jari tangan mulai dingin. Betulkan, ia tidak akan datang begitu saja. Ya nggak apa-apa,” katanya menjawab telepon. Masih ada waktu bebas dua jam. Ya nggak apa-apa,” katanya menjawab telepon. Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya.“Mau dipijat atau mau baca,” ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku, “Ayo tengkurep..!”Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Aku tidak dapat lagi memandanginya.Kantorku sudah terlewat. Mbak Wien sudah turun. Ya sekarang..!” pintanya penuh manja.Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering. Ia tidak melanjutkan kalimatnya.Aku tersenyum. Di mana? Ia berlutut mengelap paha bagian belakang. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh. Sekarang hitung penumpang angkot dan supir. Shit! Cukuplah kalau tanganku menyergapnya. “Halo..?” katanya sedikit terengah.
