Kalau tidak kita sudahi saja.”
Kutatap ia dengan wajah berkerut. “Suasana yang tak menyenangkan, kurasa,” ucapnya. Bokep China “Mau minum apa?”
“Air putih,” ia berseru dari ruang tamu. Kurasa ia sibuk memikirkan tentang semua ketidaknyamanan yang telah kutimbulkan, sementara aku sendiri mungkin terlalu malu untuk memulainya. Masih kudengar ia tertawa di belakangku. Kuangkat tubuhku ke atasnya, dengan sebelah kaki menopang di sofa, dan sebelah lagi menopang di lantai. Ia membalas pagutanku dengan gerakan mengulum yang lembut. Sambil tersenyum lega, kuanggukkan kepalaku. Benar rupanya, kau tak bisa berdansa.”
Aku mendengus malu. Dengan gerakan yang mengesalkan, ia lalu mendorong tubuhku menjauh menggunakan kedua tangannya. “Mau minum apa?”
“Air putih,” ia berseru dari ruang tamu. “Aku..,” desahku lagi. “Kamu mau mengantarku pulang sekarang?” Dua puluh menit kemudian kami sudah dalam perjalanan. Saat aku bergerak hendak bergeser, jemarinya meraih lenganku. Jemarinya lalu mengelus batang kemaluanku. Sedikit berdebar kemudian, saat ia merapatkan tubuhnya ke tubuhku.




















