“Anu… saya…”Juragan melihat saya dengan acuh. Gede sekali badannya, kalau dilihat di atas pasti saya ketutupan.“Eh!?” pekik saya waktu tangan Juragan yang besar menggenggam tetek saya.“Wooh, Denok, empuk ya susumu,” kata Juragan. Bokep Ojol Tangannya yang besar itu memegang bahu saya.“Siapa bilang kamu nggak punya apa-apa?” bisiknya. Aduhhh… malunya. Kepalanya hampir botak, rambutnya tipis beruban, kumis dan jenggotnya jarang-jarang. Saya sampai setengah lari meninggalkan toko beras Juragan, langsung ke kontrakan. Melamar kerja kesana-kemari, nggak diterima karena dianggap pendidikan kurang tinggi. Apalagi kalau sudah pakai sanggul dan rias, wuihh. Tapi apakah itu benar atau nggak, saya nggak mau tahu, biarlah itu jadi rahasia Simbok. Saya duduk, sambil menundukkan kepala. Saya pamitan dan buru-buru turun. Dan saya malah makin larut. Lah, kok berantakan gitu? Apa saya sedih atau malu? Karena uang, harga diri saya lupakan, dan saya jadi bahan pelampiasan nafsu laki-laki.Tiap kali ada orang menggencet saya, menjamah saya, memasuki badan saya… sebenarnya saya ingat jalan ini tidak benar, tapi badan saya terus minta lebih.
>