Tapi bibirnya itu… tersenyum lagi… !Sudah lama aku ingin mendapat kesempatan ini, Mam.Ntar…mama pengen pipis dulu, kata ibu tiriku sambil mengeluarkan tanganku dari dasternya, kemudian bangkit dari kursi kerjanya dan melangkah ke arah toilet.Aku jadi dag-dig-dug menantikan detik-detik mendebarkan ini.Keluar dari toilet, Mama tidak duduk di belakang meja kerjanya lagi. Memang aku sudah sering melihat Mbak Nining telanjang. Bokep stw tanyaku menawarkan jasa.Mama menengok ke belakang, tersenyum dan menyahut, Gak usah.Kerjaan gampang. Demikian juga lampu di pavilyun. Sebagai anak yang tak tahu diri. Kupeluk leher Mama dari belakang. Saat itu ayahku sedang di luar Jawa untuk mengurus bisnisnya. Demikian juga lampu di pavilyun. Terjamah lagi gumpalan daging kenyal dan masih kencang itu. Bahkan suhu badannya mulai menghangat. Lalu katanya lagi, Kamu punya jauh lebih besar daripada punya papamu, Ton…oh iya…almarhum ibumu kan orang Arab ya?Aku tidak menyahut.




















