Sunyi, tak ada yang bersuara.Hingga akhirnya Aisya sendiri yang memecah keheningan itu dengan berjalan tapak demi tapak ke arahku. Bokeb Begitu saja aku sudah gembira bukan kepalang. Aisya yang tak mengerti apa-apa hanya membalas permainan lidahku sebisanya, matanya tampak sayu di balik kacamata yang membuatnya tambah manis itu. Untungnya tepat setelah itu baru adzan maghrib berkumandang, tanda ajian pemikatku sudah tak ada pengaruhnya lagi pada diri Aisya. “Ahh … ahhh … ahh, Aisya mau pipis pakk …ahh”
“Lepaskan semua birahimu sore ini sayang … Bapak akan buat kamu melayang”
“Ahhh ahhhhhhhhhhhh ahhhhhhhhhhhh, Pakkkkkkkkk …………. Ohh … aku makin tak sabar untuk menikmati tubuhnya yang suci ini. Selama menggendong Aisya, jujur birahiku naik turun. Beberapa menit kemudian, tubuh Aisya terasa menegang. Jilbab panjangnya yang berwarna krem tak mampu menutupi kenyataan bahwa payudara akhwat ini memang cukup besar. Aku pun mulai berani merangsang Aisya, guru berkacamata dan berjilbab panjang itu dengan kata-kata kotorku. Aisya tampak telah begitu terangsang, aku pun langsung memposisikan kontolku di depan memeknya.
