“Hotel Muria ya, pak.” ujarnya sambil kembali memandang ke luar jendela. Rupanya cairan precumku telah terbit akibat remasan tangannya tadi. Bokep SMA Darah yang naik ke kepalaku membuat wajahku seakan bengap. Dua jari kini masuk, dan mengocok semakin cepat. Tanda tanya masih tetap bergelayut di pikiranku. Hanya ada beberapa cafe yang sudah tutup dan sebuah rumah makan 24 jam, serta dua buah mini market. Dengan gemas terus kupermainkan puting susunya yang mencuat mungil. Dia cuma tertawa saat aku meremas dan mengelus-elusnya pelan dari luar baju. Dia nampak sekali menikmatinya, terlihat dari rintihannya yang semakin keras dan bertubi-tubi. “Oh, tadi… dari ketemu teman.” jawabnya singkat, masih menatap ke luar jendela meski kali ini tak gerimis. Tak ingin terkesan ingin tahu urusan orang, meskipun kenyataannya memang begitu. Aku jadi tak tahan. Di bawah sana, kurasakan penisku mulai mengkerut dan mengecil dan akhirnya lepas dengan sendirinya.




















