Tapi kutahan, karena gengsi kalau dia tahu. Film Porno Nafsuku kembali membara. Pisau yang tadi kusembunyikan di bawah kasur kuacungkan dan kutekan kuat di dadanya.“tonn… sakitt.. Entahlah, saat itu aku merasa bukan diriku lagi. Kupandangi wajahnya yang cantik. Sesekali dia menatapku. Kubeli T-shirt dan celana pendek. Dia setengah duduk dengan menahan tubuhnya pakai siku tangan, dan ikut menyaksikan beradunya batang kemaluanku dengan klitorisnya yang sudah menjadi genit. Segera aku keluar dan pergi ke toko terdekat. Mulai dari bagian luar sampai dalamnya. Kusodok lagi perlahan. Nasi sudah menjadi bubur. Itu sudah menjadi kebiasaanku sejak di Medan dulu.“ton… apa-apaan nihh..?” teriaknya gugup, karena terkejut.“Aku peringatkan, diam, jangan macam-macam!” bentakku sambil menekan permukaan pisau lebih kuat.Aku sudah kehilangan keseimbangan karena nafsu.“Jalankan mobilnya dengan wajar, bawa ke daerah Petemon… cepat..!”“Ehh.. Tentu saja aku semakin beringas.




















